Nama
AlBarqy ( البرقىّ
) berasal dari kataالبرقُ
yang berarti kilat. Tambahan huruf y (ى)
bertasydid adalah ya’ nisbah yang
merobah kata benda ( اسم ) agar
bisa berfungsi sebagai kata sifat (الوصف ). Yang
dikehendaki adalah pernyataan majazi, yaitu diharapkan buku ini bersifat
seperti kilat atau cepat laksana kilat. Ada sebuah pemeo (الاسمُ الرجاءُ والدعاءُ ) nama adalah harapan dan do’a.
Pengarang Al Barqy adalah
KH Muhadjir Sulthon, mantan ketua jurusan Satra Arab Fak Adab IAIN Sunan Ampel
Surabaya
KH Muhadjir Sulthon, dosen
Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, ini memberikan sumbangan yang besar
bagi perkembangan metode membaca Al-Qur’an yang efektif dan efisien. Setelah
mempelajari berbagai metode membaca Al-Qur’an yang berkembang sejak beberapa
abad lalu hingga metode paling mutakhir, Muhadjir akhirnya menemukan metode
yang paling efektif.
Metode ALBARQY terasa lebih
dekat dengan bahasa anak-anak. “Saya berusaha menyesuaikan ucapan yang biasa
dilafalkan anak-anak di sini,” ujar anak pertama dari tujuh bersaudara ini
menjelaskan. Yaitu, a-da-ra-ja, ma-ha-ka-ya, ka-ta-wa-na, sa-ma-la-ba.
Jadi, sebisa mungkin diusahakan anak-anak tidak asing dengan bacaan yang tengah
mereka pelajari.
“Metode ALBARQY merupakan perpaduan
antara metode ho-no-co-ro-ko (Jawa) dan metode Arab,” jelas beliau. Tetapi,
agar lebih efektif, metode ho-no-co-ro-ko yang terdiri dari 5 suku kata itu
dipadatkan menjadi 4 suku kata saja. Itu, tambah beliau, “Saya harapkan bisa
mempermudah cara belajar yang menggunakan metode ALBARQY."
Dari beberapa prestasi yang
diraihnya, anak pasangan H Sulthon dan Hj Musyarafah ini telah menerima 3
penghargaan. Pertama, dari Menteri Agama, dalam hal tilawatil Qur’an (1992).
Kedua, dari Presiden Soeharto, berupa Satya Lencana Karya Satya (1995). Ketiga,
dari Mitra Karya Bhakti Pertiwi, berupa The Best Award (1996). Dan pada
1994/1995, metode ALBARQY dinyatakan sebagai metode mengajar membaca Al-Qur’an
paling efektif untuk SD.